Ti baheula ge daya tarik alias magnit Kota Bandung gede. Dulu, Kota Bandung menjadi tujuan pendidikan. Coba simak, lagu alias haleuang orang tua dulu saat mengasuh anaknya : nelengnengkung, nelengnengkung, geura gede geura jangkung, geura sakola di Bandung, geura makayakeun indung. Satu haleuang lagi masa kini, Bandung, Bandung, Bandung nelah kota kembang. Di riung gunung heurin ku tangtung, ider kota nu mulya Parahyangan. Kedua haleuang itu menunjukkan bahwa kota Bandung tak pernah sepi pelancong alias wisatawan.
Jembatan Layang Pasupati Bandung by @galihgiffari |
Simak pula kamacetan di tol Pasteur sampai ke jalan Pasteur. Kebanyakan mobil yang datang ke Bandung teh berplat nomor B. Kota Bandung masih menjadi tujuan wisata. Kenapa ? Pertama, udara segar. Banyak tanaman yang menghijau. Mau kuliner apa saja, tersaji di Kota Bandung. Akomodasi ? Banyak hotel berbintang yang tersebar di pelosok Kota. Mau hiburan ? Banyak yang bisa disaksikan.
Nah, coba pula kita tengok ke kawasan Pasar Baru alias Pasar Baru Trade Center. Bus-bus pariwisata yang selalu berjejer di sepnjang areal Pasar Baru bukan berplat nomor D. Tetapi rata-rata berplat nomor B. Pengunjungnya ? Mereka, orang-orang Malaysia atau Singapura yang ingin berwisata belanja. Orang-orang Jawa atau luar Jawa pun banyak berkunjung ke Bandung. Mereka selain ingin menyaksikan pemandangan alamnya yang mempesona, udaranya yang sejuk juga berwisata belanja sekedar oleh-oleh untuk keluarganya di kampung halamannya.
Kemacetan Kota Bandung dipenuh kendaraan ber-Plat B |
“Sementara Pemerintah Kota Bandung tidak pernah diam dan berusaha untuk memberi kenyamanan kepada para pelancong sebagai tamu Kota Bandung, baik infrastruktur mau pun sentra kesenian yang dipusatkan di Bandung Timur. Ujungberung. Kami menyediakan lahan 10 ha untuk sentra kesenian. Tetapi yang baru kami bebaskan 4,7 Ha. Kemudian dibebaskan pula 1,3 Ha sehingga jumlahnya menjadi 6 Ha”.
Tetapi ketika rencana ini dirembugkan kembali dengan para seniman dan budayawan, mereka menyatakan dengan luas lahan 6 Ha pun sudah memadai untuk sentra kesenian. Kenapa di Bandung Timur ? Di Ujungberung khususnya banyak macam seni budaya tradisi yang layak menjadi atraksi wisata. Pasti menarik. Karena sampai saat ini seni tradisi hampir punah. Hanya masyarakat di Ujungberunglah yang masih tetap melestarikannya.
Tahun 2010, masyarakat seni tradisi di Ujungberung mengadakan festival. Kenyataan ini menunjukkan bahwa masyarakat Ujungberung konsisten memelihara dan melestarikan seni budaya tradisi. Itulah sebabnya, Pemerintah Kota Bandung melirik Bandung Timur menjadi sentra seni tradisi. Pemerintah Kota Bandung sendiri berusaha menyediakan lahannya untuk digunakan masyarakat. Daya pikat lainnya bagi wisatawan, alam dan udara Kota Bandung yang sejuk dan beberapa kenangan lainnya tetap menjadi jugjugan para wisatawan. Banyaknya mengalir wisatawan yang datang ke Bandung bukan tanpa sebab. Di Kota sejuk ini, banyak yang bisa diperoleh. Karena Sapta Pesona, bersih, indah, nyaman, kenangan, penduduknya yang ramah tamah, asri, masih tetap terpelihara. Apalagi Kota Bandung kini sedang mengembangkan udara bersih dan segar di beberapa ruas jalan. Bahkan, beberapa tempat SPBU kini dijadikan ruang terbuka hijau. Ini merupakan daya pikat yang bisa mengalirkan wisatawan. “Saya tidak takut kehilangan wisatawan. Karena daya magnit Kota masih gede