Showing posts with label Wisatakota. Show all posts
Showing posts with label Wisatakota. Show all posts

Tuesday, 29 November 2016

Bandung, Udara Sejuk Saja Jadi Duit

Ko menjual udara ? Apakah ada takarannya ? Ada sih takarannya jika kita menambah angin untuk sepeda motor kita. Tapi yang dimaksud bukan seperti itu. Lingkungan, hawa yang sejuk tetap akan menjadi tujuan kunjungan wisata. Kota Bandung memiliki itu. Udara atau hawa yang sejuk dan lingkungan alam yang dlihatnya merupakan asset yang berharga.

Dengan kekayaan itu Kota Bandung tidak cemas akan kehilangan wisatawan. Sebab, masyarakat pun sudah lama jeli dengan peranan pariwisata. Karena itu muncul daya dukung lainnya. Hotel/penginapan, rumah makan /restoran pun, karya kreatif untuk cenderamata bermunculan. Ekonomi rakyat terangkat. Dengan berkembangnya kepariwisataan, khususnya di Kota Bandung, tidak sedikit yang membangun lembaga pendidikan pariwisata, penganggur dari perusahaan lainnya dapat tertampung di lingkungan kegiatan wisata asal sesuai dengan persyaratan kerja yang diminta.

Orang-orang Jakarta khususnya berbondong-bondong ke Kota Bandung, bukan hanya mengejar selera makan dengan kuliner yang bertebaran di Kota Bandung, tetapi lebih khusus untuk menikmati udara atau hawa Kota Bandung yang sejuk, lingkungan alam yang asli. Di Jakarta ? Tidak demikian. Udara alias hawanya panas apalagi dengan kepadatan arus lalulintas dengan banyaknya emisi gas buang yang menyumpekkan paru-paru.
 
Salahsatu Kesejukan Bandung Raya, by @Fazarrohman

Kesejukan dan lingkungan alam yang asri, kejaran mereka. Pada masa jeda, tentu saja perut pun perlu isi dengan kuliner yang khas dan minuman yang menyegarkan. Sebelum mereka menikmati alam yang asri, mereka memesan kamar. Jika sudah puas menyaksikan lingkungan alam dan hawa yangn sejuk, barulah mereka istirahat di akomodasi yang menjadi langganannya.

Itulah kondisi Kota Bandung. Dengan udara yang sejuk saja sudah menjadi daya pikat yang sangat menakjubkan. Apalagi ditunjang dengan asset lain seperti seni budaya. Tak ketinggalan mereka pun berwisata belanja di Kota Bandung. Lokasi-lokasi belanja pun pikabitaeun. Pasar Baru saja bukan hanya incaran orang-orang Jakarta doang tapi juga sudah menjadi incaran dan tujuan wisata orang-orang di ASEAN seperti Malaysia, Singapura atau orang Thailand.

Optimisme Walikota Bandung Ridwan Kamil yang tidak cemas akan kehilangan wisatawan digambarkannya dengan target kunjungan wisatawan. Kang Emil yakin, kunjungan wisatawan itu akan terus mengalir. Jika tahun 2015 setiap hari kunjungan wisatawan mancanagara 600 orang, tahun 2017 targetnya 5.000 orang. Fantastis tapi realistis. Karena itu infrastruktur dan seni budaya tradisi terus dibangun. Yang kurang terus dibenahi dan yang baik terus dipelihara. Tong hariwang, tong honcewang, sebab daya pikat kota Bandung luar biasa. Pelancong tahu, arus lalulintas Kota Bandung selalu macet. Tetapi mereka tidak jera. Mereka selalu berweek end di Kota Bandung karena hawanya yang sejuk dengan pesona alam yang membuat mata kembali segar. Wisatawan mancanagara ? Mereka pun tidak pernah jera. Kenapa ? Sapta Pesona tersaji di Kota Bandung.

Gedung Pakuan, Tempat Menginap Gegeden Walanda

Kota Bandung memiliki banyak gedung bernilai sejarah peninggalan Belanda. Saat ini orang menyebutnya sebagai heritage . Selain kompleks Gedung Sate, Gedung Dwi Warna, gedung Telkom, Museum Geologi semuanya berada di sekitar Jl. Diponegoro. Gedung Merdeka yang dulu pernah dikenal sebagai Gedung Concordia, Hotel Savoy Homann, Hotel Preanger dan Gedung PU Jawa Barat, semuanya berada di sepanjang Jl. Asia-Afrika.
 
Gedung Sate by @atikurn
 
Gedung-gedung lainnya yang memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi itu juga berada di sekitar Kompleks Kodam III/Siliwangi, Jl. Kalimantan, Jl. Sulawesi. Para pelancong hanya bisa menyaksikan gedung-gedung itu di luar kompleks dan masih utuh. Demikian telaten pemeliharaannya.

Salah satu bangunan peninggalan dulu, Gedung Pakuan yang dibangun tahun 1864. Perancangnya, insinyur kepala, Staf dari Residen van Der Moore. Gedung Pakuan memiliki gaya arsitektur, gaya empire Hindia yang disukai oleh para pejabat kolonial saat Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels. Bangunan yang langka tapi masih kokoh dan tetap indah menarik. Saat itu banyak gegeden Walanda yang menginap di Gedung Pakuan.
 
Sekitar Jalan Asia Afrika by @ayudrie
 
Saat diselenggarakannya Konperensi Asia-Afrika tahun 1955 di Gedung Merdeka Bandung, pernah dijadikan tempat jamuan makan para kepala negara Asia-Afrika. Mereka menyatakan kekagumannya terhadap nilai bangunan peninggalan dulu itu. Tua, tetap tetap anggun. Asri dan pikabetaheun. Dalam acara itu, para kepala negara dan tokoh-tokoh negara Asia-Afrika disuguhi atraksi seni. Mereka mengagumi seni budaya Jawa Barat (Bandung).

Walau gedung ini sudah berdiri ratusan tahun lalu, namun karena Pemerintah Provinsi merawatnya dengan baik, kondisinya demikian menarik, terutama jika wisatawan menyaksikan kondisi gedung itu. Padahal Gedung Pakuan terbuka bagi siapa pun. Tidak pernah terutup bagi kunjungan tamu, termasuk juga masyarakat Jawa Barat. Sampai saat ini masih tetap terbuka.
 
 
Gedung Merdeka Bandung  by @rizkyfebriss

Sejarah terbukanya bagi kunjungan tamu-tamu, dimulai ketika jaman pra kemerdekaan, Gedung Pakuan selalu menjadi tempat perjamuan para tamu negara. Gubernur Mas Sewaka yang pertama mendiami Gedung Pakuan ini, walau beberapa Dalem Bandung dulu pernah menghuninya. Sejak itu, sekitar tahun 1950 Gedung Pakuan menjadi rumah Dinas Gubernur Jawa Barat hingga kini.

Gedung itu masih tetap anggun, asri dengan halaman yang luas menghijau. Perombakan gedung ini sesuai dengan kebutuhan saja. Di luar masih tetap dan hanya di dalamnya saja yang disesuaikan dengan kebutuhan tuan tumah yang menghuninya. Peninggalan leluhur ini masih tetap kokoh. Di dalamnya ditata dengan apik dan di luar juga mendapat penataan khusus.

Sejak jaman kolonial Belanda Gedung Pakuan telah menjadi persinggahan tamu-tamu sangat penting, para tokoh dunia dan tamu-tamu resmi lainnya. Tercatat tahun 1901 Raja Siam pernah singgah di Gedung Pakuan. Demikian halnya dengan Perdana Menteri Perancis tahun 1920, ketika berkunjung ke Bandung juga menjadi tamu resmi di Gedung Pakuan. Pada tahun yang sama, gitaris dunia, Andreas Segopia menjadi tami resmi di Gedung Pakuan sambil memperlihatkan kepiawaiannya memainkan dawai. Tujuah tahun kemudian, pelakon bioskop bisu, pelawak Charli Chaplin, ternyata pernah menjadi tamu resmi di Gedung Pakuan.

Dalam perkembangan pariwisata sekarang ini, sebenarnya Gedung Pakuan juga bisa disinggahi oleh para wisatawan. Hanya tentu saja mengenai waktunya, harus disesuaikan dengan kepentingan dinas Gubernur Jawa Barat. Ini dimaksudkan agar, jadwal istirahat Gubernur tidak terganggu. Demikian halnya dengan halaman yang sudah resik dan menarik ini jangan sampai acak-acakan lagi.

Menggali Wisata Budaya di Desa Wisata Cinunuk

Jawa Barat kaya akan seni budaya dan pariwisata, bahkan terkenal dengan julukan kota wisata kuliner. Hal itu perlu kita banggakan dan juga terus dikembangkan. Salah satunya adalah sebuah desa di kawasan Bandung Timur yakni, Desa Cinunuk Kec. Cilenyi Kab. Bandung banyak potensi yang harus di gali mulai dari panorama alam, seni budaya sampai kulinernya.

Sebuah desa yang memiliki banyak keanekaragaman seni budaya sunda mulai dari sening Calung, Jaipongan, Kuda Renggong, Sisingaan, Reak, Pencak Silat, Benjang, Wayang Golek sampai dengan ketangkasan Adu Domba. Hal itu membuat Pemerintah Kab. Bandung berkeinginan menunjuk Desa tersebut layak menjadi sebuah Desa Wisata di Kawasan Bandung Timur Jawa Barat tersebut sesuai SK Bupati dan Dispora.
 
Tari Jaipong Desa Wisata Cinunuk

Desa yang dikepalai oleh H. Sesep Ruhiat tersebut membuat masyarakat lebih menciantai seni buya yang ada. Karena itu merupakan sebuah warisa leluhur kita yang harus di kembangkan dan di lestarikan jangan sampai punah. oleh siapa kalau bukan kita sebagai generasi penerus mereka.

Kesenian tradisional budaya sunda sebenarnya hampir 18 kesenian ada di wilayah Desa Cinunuk, maka dari itu, pihaknya sebagai Kepala desa lebih mencintai serta mengapresiasikan akan kecintaan terhada seni budaya yang ada,” ujar H.Sesep saat ditemui seusai menggelar syukuran di Lapangan Sepak Bola.

H. Sesep, Alhamdullilah di tunjuknya menjadi oleh Pak Bupati Desa Wisata tersebut, masyarakat antusias dan lebih bersemangat dalam menggali potensi seni budaya yang ada. Selain itu, keberhasilannya sebagai Desa Wisata hasil dari kerjasama semua elemen masyarakat yang ada di Desa Cinunuk. “ Tanpa mereka pihaknya tidak akan bekerja sendirian,” katanya.

Selain seni budaya yang ada, lanjut H. Sesep, desa nya mempunyai nilai jual untuk jajanan kulinernya yaitu, Bangkerok Ketan yang sudah melanglang buana di tingkat Nasional. Bahkan, hanya itu saja berbagai jajanan kuliner lainnya pun ada. Dengan melihat potensi yang ada pihaknya pun mendapat bantuan dari Pemerintah Provinsi Jabar guna meningkatkan ekonomi kerakyatan.

Dengan di tunjuknya sebagai Desa Wisata ini, saat ini pihaknya sedang menggalakan program Panorama Alam yang bertujuan untuk menghijaukan lingkungan dan menggatisipasi terjadinya banjir. Selain itu juga meningkatkan resapan air, mudah-mudahan ini dapat terlaksana dengan baik.

Saturday, 22 October 2016

Wisata Cirata, Satu Cerita Berjuta Makna

Area Hijau Bendungan Cirata / by @tri_sutardi

Hal yang paling menyenangkan dalam hidup ini adalah saat santai, lepas dari aktivitas yang membosankan atau pekerjaan yang menimbulkan stress. Jalan-jalan tentu saja menjadi kegiatan alternatif yang sampai saat ini dilakukan banyak orang untuk melepaskan diri dari kebosanan.

Jika sedikit waktu dan biaya yang dimiliki, jalan-jalan cukup dilakukan tidak jauh dari tempat tinggal alias masih di seputaran Bandung saja. Sedikit ke arah barat dari Kota Bandung, atau tepatnya di Kabupaten Bandung Barat masih ada tempat asyik yang hampir terlupakan.

Padahal sejak jaman dahulu kawasan Cirata telah menjadi objek wisata bagi hampir seluruh warga sekitar Bandung Raya. Disinilah masyarakat menghabiskan waktu dengan maksud menghibur diri dan merasakan keakraban dengan alam yang selama ini jarang sekali ditemui di perkotaan.
Bendungan Cirata / by @dwikirizki_

Sejak awal dibangun, Cirata merupakan sebuah bendungan sungai Citarum yang melintasi kawasan Cipeundeuy, sekitar 25 km dari Cikalong Wetan. Dengan ukuran bendungan yang sangat luas menjadikan Cirata tampak seperti sebuah danau. Pemandangan seperti ini memang cukup menarik untuk pengambilan beberapa photo. Panorama yang sangat indah terutama saat cuaca cerah.

Cirata Adalah jembatan besar yang menjadi favorit para pengunjung. Jembatan inilah sebenarnya yang berfungsi membendung air seolah disinilah aliran sungai Citarum berhenti. Jembatan yang cukup luas tersebut dibangun dengan pagar besi berukuran besar seolah memperlihatkan fisiknya yang begitu kokoh.
Keindahan Saat Senja di Cirata / by @alimahdy

Jika sore hari tiba banyak sekali kawula muda yang bercengkrama dan menikmati senja di jembatan yang menjadi jalur alternatif menuju Cianjur dan Purwakarta ini. Seiring banyaknya pengunjung yang memanfaatkan kawasan Cirata sebagai tempat rekreasi, sudah sejak lama muncul kawasan khusus untuk masyarakat yang ingin bersantai menikmati makanan di area bendungan.

Di ruas jalan menuju jembatan terdapat warung-warung tradisional yang menyajikan beragam makanan. Yang paling khas dan mudah kita temui adalah Sate Maranggi yang berderet di sepanjang jalan. Kepulan asap pembakarannya begitu menggoda dan seakan melambai siapa pun yang lewat agar mampir dan menikmatinya.
Sate Maranggi Cirata / by @irvan_ip

Sate maranggi yang terkenal tersebut memang sangat asyik disantap di kawasan Cirata. Segalanya serba mendukung. Selain satenya yang nikmat, suasana tempatnya pun begitu sejuk dan asri. Para penjual sate maranggi memang sengaja hanya menggelar tikar atau karpet untuk para pelanggannya. Terasa begitu nyaman karena mereka justru berjualan di area yang sejuk di bawah pepohonan rindang.

Ada pilihan lain untuk anda yang ingin menikmati makan bersama keluarga dengan lebih dekat ke air bendungan. Tinggal arahkan kendaraan anda ke sebelah kiri sebelum deretan penjaja sate maranggi. Sebenarnya tempat ini merupakan pusat dari objek wisata Cirata. Memasuki area ini berarti anda menuju sungai Cirtarum yang dibendung, atau tepatnya berada di bawah jembatan tadi
Sungai Citarum / by @rajamifa
Namun lagi-lagi mata ini dimanjakan dengan pemandangan yang luar biasa indah. Hamparan air yang beriak dengan deretan bukit yang mengitarinya memberikan nuansa baru jalan-jalan ke Kabupaten Bandung Barat. Dengan jalan menurun kita perlahan mendekati genangan raksasa sungai Citarum. Dari pintu masuk area ini tampak sebuah bukit kecil berada di tengah perairan.

Kalau boleh sedikit berlebihan, ini hampir mirip dengan pulau Samosir yang berada di tengah danau Toba di Sumatera Utara. Hampir sebagian besar orang memiliki tujuan yang sama saat memasuki are ini, yaitu berburu Nasi liwet dan ikan bakar. Menikmati makanan di alam terbuka memang sudah menjadi tradisi masyarakat kita. Ada kesan tersendiri saat hal itu dilakukan, yaitu makanan terasa lebih nikmat dan kebersamaan semakin erat.

Semua warung yang ada disini dibangun cukup sederhana. Menggunakan kayu, bambu dan bilik sebagai materialnya. Yang paling menarik adalah warung yang ada disini dapat mobile alias berpindah-pindah. Hal tersebut disesuaikan dengan kondisi air. Jika pada musim hujan air Citarum akan meluap sehingga para pemilik warung akan mengangkat dan memindahkan warungnya ke tempat yang lebih tinggi. Tapi pada intinya hampir semua oran memilih warung yang paling dekat dengan air atau bahkan yang sengaja tergenang air bagian kaki warungnya, unik sekali.

Nasi liwet dan ikan bakar menjadi menu jagoan di tempat ini. Banyak warung yang menyajikan menu special tersebut dengan makan bergaya lesehan. Pemilik warung biasanya bertanya berapa kilogram ikan yang ingin kita santap dan mereka akan membakarnya.
Nasi Liwet Ikan Bakar Nila / by @wanderbites

Ikan yang khas tentu saja nila, sejenis ikan air tawar yang terkenal gurih dan berdaging cukup tebal. Saat dibakar aromanya begitu kuat menggoda selera. Tak hanya itu, nasi liwet yang menjadi favorit urang Sunda menjadi menu yang wajib disantap disini. Pemilik warung juga yang akan menyiapkannya untuk anda.

Membakar ikan dan memasak nasi liwet tentunya memerlukan waktu. Sambil menunggu menu lezat tersebut matang, biasanya wisatawan memanfaatkan waktunya untuk bercengkrama, main air, naik perahu motor atau berfoto bersama keluarga dan orang terdekat.

Makanan pun sudah tersaji dan semuanya tampak istimewa. Ikan bakar yang sejak tadi mengepulkan aromanya kini telah tersaji lengkap dengan nasi liwet yang masih berada dalam kastrol. Pemilik warung biasanya menyajikan nasi liwet di atas sebuah nampan berukuran cukup besar.

Nampan inilah yang menjadi piring raksasa dengan banyak tangan yang mendarat di atasnya untuk mengambil setiap suap liwet. Nasi liwet yang pulen dan wangi berpadu dengan nila bakar yang empuk dan gurih menjadi komposisi yang sangat luarbiasa. Lebih nikmat lagi ikan bakar tersebut disantap dengan sambal jahe yang disediakan pemilik warung. Puas menikmati panorama, menyantap kulinernya dan berjalan-jalan di kawasan Cirata menjadikan jalan-jalan kali ini lebih berbeda. Banyak kesan yang didapat hanya dengan biaya yang tidak terlalu besar. Untuk satu kastrol nasi liwet dengan satu kilogram nila bakar cukup merogoh kocek RP 40.000 saja, bisa dinikmati hingga lima orang, pantas dicoba.

Friday, 21 October 2016

Siapa Bilang Bandung Ga Punya Pantai?

Pantai Buatan Kampung Gajah Bandung

Haha, Bandung memang dikenal sebagai kota kreatif, unik dan memiliki banyak inovasi dalam segala hal termasuk didunia pariwisata. Siapa yang tidak kenal Bandung? Bahkan kota ini telah dikenal luas se-Asia Tenggara. Dikota ini, kamu bisa mendapatkan segala hal yang kamu inginkan. Tidak ada yang tidak mungkin untuk Bandung.

Selama ini, orang mengenal Bandung sebagai surga wisatawan, mulai dari mojang bandung, dago pakar, trans studio, farm house, dan masih banyak lagi. Hanya satu yang tidak dimiliki Kota Bandung yaitu PANTAI. Secara geografis Kota Bandung terletak di tengan pulau yang semuanya dikelilingi oleh pegunungan seperti Ciremai, Tangkuban Perahu, manglayang, Cikuray, dan lain sebagainya.

Kang Emil, istri saya ngidam pengen mantai di Bandung, bagaimana ini?
Loh kok bisa? Bandung kan ga punya pantai Bu
Kenapa ga punya? Garut aja punya masa kalah sama Garut?
Gimana bisa Bu? Bandung dikelilingi gunung semua, ada ada saja kamu ini.

Siapa yang bilang Kota Bandung tidak memiliki Pantai? Semua itu bohong. Pemimpin Kota Bandung yang menduduki jabatan sebagai walikota saat ini yakni Ridwan Kamil atau biasa dipanggil Kang Emil telah merubah istilah “Bandung Ga Punya Pantai” menjadi “Bandung YUK Mantai”. Lebih dari 10.000 rakyat Bandung membuat petisi untuk dibuatkan pantai di tengah Kota Bandung, Permintaan tersebut langsung masuk di akun sosial medianya walikota Ridwan Kamil.

Bagaimana bisa? Kang Emil akan mewujudkan mimpi rakyat Bandung dengan membuat sebuah pantai buatan pertama di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara, sebagai satu-satunya kota ditengah pegunungan yang memiliki pantai. Permintaan warga Bandung yang membuat pemimpin kota kreatif ini harus memutar otak dalam mewujudkannya. Ini menjadi hal yang luar biasa selama kepemimpinan Kota Bandung demi mensejahterakan rakyatnya. Ridwan Kamil berencana untuk membuat pantai tersebut di kawasan Gedebage Bandung.

“Bener ieu teh ?,” tanya Ridwan Kamil. Kemudian ditegaskannya bila mencapai 100 ribu pendukung maka petisi bakal dikabulkan. dikutip dari instagram @Ridwankamil

Sebenarnya di Kota Bandung saat ini telah memiliki 3 pantai buatan, Kang Emil pun telah merenkomendasikan warganya untuk mantai disana, hanya saja untuk masuk ke lokasi tersebut harus bayar dan harganya cukup mahal, ada yang jauh, adapula yang masuk ke Kabupaten Bandung. Berikut 3 pantai buatan yang ada di Bandung :

PANTAI BUATAN KAMPUNG BATU 

MALAKASARI BANDUNG BARAT


Pantai Buatan Kampung Batu Malakasari Bandung















Kampung Batu Malakasari merupakan kawasan yang ada di Kab. Bandung Barat yang memiliki luas sekitar 50 ribu meter persegi. Lokasi tersebut sebelumnya digunakan sebagai tempat penambangan batu alam yang di exploitasi secara tradisional oleh warga dari tahun 1990 hingga 2002. Kemudian dirubahlah lokasi ini menjadi Geo Wisata membentuk danau yang dapat menampung puluhan ribu kubik air, dengan berbagai jenis ikan tawar ada didalamnya. Selain itu, tempat ini juga dikatakan sebagai Eko Wisata karena hampir 70% airnya digunakan usebagai sumber air lingkungan sekitar. Nah yang terbaru adalah adanya wavepool atau orang biasa memanggilnya pantai buatan dengan ombak yang mirip sekali dengan ombak aslinya. 


PANTAI BUATAN KAMPUNG GAJAH 

BANDUNG SELATAN


Pantai Buatan Kampung Gajah Cihideung


Lokasi tersebut berada di Cihideung Lembang tepatnya di Jalan Sersan bajuri Cihideung Bandung Barat. Pantai buatan ini terlihat percis layaknya pantai asli, desiran ombak yang besar, tiupan angin yang kencang dan kumpulan pasir yang bersih dan indah. Mungkin bagi wisatan lokal sering malas untuk mantai karena cuaca terik matahari yang panas, terkadang bagi wanita tidak mau kulitnya menjadi hitam. Berbeda dengan Pantai di Bandung, disini cuacanya sangat sejuk, lembut, bahkan terasa sangat segar tentunya tidak akan membuat kulit se-hitam di pantai asli . Disni juga disuguhi dengan banyak payung teduh, es kelapa muda, aneka ragam kuliner khas bandung, dan pelayanan yang ramah tamah.


PANTAI BUATAN TRANS HOTEL 

BANDUNG KOTA

 

Pantai Buatan Trans Hotel Bandung


Hotel dengan kolam renang atau pemandian air panas sih sudah biasa? Bagaimana dengan yang ini? Trans Hotel Bandung memiliki hal yang berbeda dengan hotel lain yang ada di Indonesia. Disini terdapat pantai buatan air tawar yang sehat, bahkan pasir pantai yang halus didalamnya juga dikirim dari Australia yang telah dipanaskan terlebih dahulu sehingga halus dan aman untuk digunakan. Hal itu dilakukan karena pemerintah melarang pasir pantai Indonesia untuk dipindahkan.

Buat warga Bandung, jangan mengeluh dulu ya soal pantai buatan di Kota, sementara nikmatikan pantai buatan yang ada saat ini.