Saturday, 22 October 2016

Wisata Cirata, Satu Cerita Berjuta Makna

Area Hijau Bendungan Cirata / by @tri_sutardi

Hal yang paling menyenangkan dalam hidup ini adalah saat santai, lepas dari aktivitas yang membosankan atau pekerjaan yang menimbulkan stress. Jalan-jalan tentu saja menjadi kegiatan alternatif yang sampai saat ini dilakukan banyak orang untuk melepaskan diri dari kebosanan.

Jika sedikit waktu dan biaya yang dimiliki, jalan-jalan cukup dilakukan tidak jauh dari tempat tinggal alias masih di seputaran Bandung saja. Sedikit ke arah barat dari Kota Bandung, atau tepatnya di Kabupaten Bandung Barat masih ada tempat asyik yang hampir terlupakan.

Padahal sejak jaman dahulu kawasan Cirata telah menjadi objek wisata bagi hampir seluruh warga sekitar Bandung Raya. Disinilah masyarakat menghabiskan waktu dengan maksud menghibur diri dan merasakan keakraban dengan alam yang selama ini jarang sekali ditemui di perkotaan.
Bendungan Cirata / by @dwikirizki_

Sejak awal dibangun, Cirata merupakan sebuah bendungan sungai Citarum yang melintasi kawasan Cipeundeuy, sekitar 25 km dari Cikalong Wetan. Dengan ukuran bendungan yang sangat luas menjadikan Cirata tampak seperti sebuah danau. Pemandangan seperti ini memang cukup menarik untuk pengambilan beberapa photo. Panorama yang sangat indah terutama saat cuaca cerah.

Cirata Adalah jembatan besar yang menjadi favorit para pengunjung. Jembatan inilah sebenarnya yang berfungsi membendung air seolah disinilah aliran sungai Citarum berhenti. Jembatan yang cukup luas tersebut dibangun dengan pagar besi berukuran besar seolah memperlihatkan fisiknya yang begitu kokoh.
Keindahan Saat Senja di Cirata / by @alimahdy

Jika sore hari tiba banyak sekali kawula muda yang bercengkrama dan menikmati senja di jembatan yang menjadi jalur alternatif menuju Cianjur dan Purwakarta ini. Seiring banyaknya pengunjung yang memanfaatkan kawasan Cirata sebagai tempat rekreasi, sudah sejak lama muncul kawasan khusus untuk masyarakat yang ingin bersantai menikmati makanan di area bendungan.

Di ruas jalan menuju jembatan terdapat warung-warung tradisional yang menyajikan beragam makanan. Yang paling khas dan mudah kita temui adalah Sate Maranggi yang berderet di sepanjang jalan. Kepulan asap pembakarannya begitu menggoda dan seakan melambai siapa pun yang lewat agar mampir dan menikmatinya.
Sate Maranggi Cirata / by @irvan_ip

Sate maranggi yang terkenal tersebut memang sangat asyik disantap di kawasan Cirata. Segalanya serba mendukung. Selain satenya yang nikmat, suasana tempatnya pun begitu sejuk dan asri. Para penjual sate maranggi memang sengaja hanya menggelar tikar atau karpet untuk para pelanggannya. Terasa begitu nyaman karena mereka justru berjualan di area yang sejuk di bawah pepohonan rindang.

Ada pilihan lain untuk anda yang ingin menikmati makan bersama keluarga dengan lebih dekat ke air bendungan. Tinggal arahkan kendaraan anda ke sebelah kiri sebelum deretan penjaja sate maranggi. Sebenarnya tempat ini merupakan pusat dari objek wisata Cirata. Memasuki area ini berarti anda menuju sungai Cirtarum yang dibendung, atau tepatnya berada di bawah jembatan tadi
Sungai Citarum / by @rajamifa
Namun lagi-lagi mata ini dimanjakan dengan pemandangan yang luar biasa indah. Hamparan air yang beriak dengan deretan bukit yang mengitarinya memberikan nuansa baru jalan-jalan ke Kabupaten Bandung Barat. Dengan jalan menurun kita perlahan mendekati genangan raksasa sungai Citarum. Dari pintu masuk area ini tampak sebuah bukit kecil berada di tengah perairan.

Kalau boleh sedikit berlebihan, ini hampir mirip dengan pulau Samosir yang berada di tengah danau Toba di Sumatera Utara. Hampir sebagian besar orang memiliki tujuan yang sama saat memasuki are ini, yaitu berburu Nasi liwet dan ikan bakar. Menikmati makanan di alam terbuka memang sudah menjadi tradisi masyarakat kita. Ada kesan tersendiri saat hal itu dilakukan, yaitu makanan terasa lebih nikmat dan kebersamaan semakin erat.

Semua warung yang ada disini dibangun cukup sederhana. Menggunakan kayu, bambu dan bilik sebagai materialnya. Yang paling menarik adalah warung yang ada disini dapat mobile alias berpindah-pindah. Hal tersebut disesuaikan dengan kondisi air. Jika pada musim hujan air Citarum akan meluap sehingga para pemilik warung akan mengangkat dan memindahkan warungnya ke tempat yang lebih tinggi. Tapi pada intinya hampir semua oran memilih warung yang paling dekat dengan air atau bahkan yang sengaja tergenang air bagian kaki warungnya, unik sekali.

Nasi liwet dan ikan bakar menjadi menu jagoan di tempat ini. Banyak warung yang menyajikan menu special tersebut dengan makan bergaya lesehan. Pemilik warung biasanya bertanya berapa kilogram ikan yang ingin kita santap dan mereka akan membakarnya.
Nasi Liwet Ikan Bakar Nila / by @wanderbites

Ikan yang khas tentu saja nila, sejenis ikan air tawar yang terkenal gurih dan berdaging cukup tebal. Saat dibakar aromanya begitu kuat menggoda selera. Tak hanya itu, nasi liwet yang menjadi favorit urang Sunda menjadi menu yang wajib disantap disini. Pemilik warung juga yang akan menyiapkannya untuk anda.

Membakar ikan dan memasak nasi liwet tentunya memerlukan waktu. Sambil menunggu menu lezat tersebut matang, biasanya wisatawan memanfaatkan waktunya untuk bercengkrama, main air, naik perahu motor atau berfoto bersama keluarga dan orang terdekat.

Makanan pun sudah tersaji dan semuanya tampak istimewa. Ikan bakar yang sejak tadi mengepulkan aromanya kini telah tersaji lengkap dengan nasi liwet yang masih berada dalam kastrol. Pemilik warung biasanya menyajikan nasi liwet di atas sebuah nampan berukuran cukup besar.

Nampan inilah yang menjadi piring raksasa dengan banyak tangan yang mendarat di atasnya untuk mengambil setiap suap liwet. Nasi liwet yang pulen dan wangi berpadu dengan nila bakar yang empuk dan gurih menjadi komposisi yang sangat luarbiasa. Lebih nikmat lagi ikan bakar tersebut disantap dengan sambal jahe yang disediakan pemilik warung. Puas menikmati panorama, menyantap kulinernya dan berjalan-jalan di kawasan Cirata menjadikan jalan-jalan kali ini lebih berbeda. Banyak kesan yang didapat hanya dengan biaya yang tidak terlalu besar. Untuk satu kastrol nasi liwet dengan satu kilogram nila bakar cukup merogoh kocek RP 40.000 saja, bisa dinikmati hingga lima orang, pantas dicoba.

No comments:

Post a Comment