Bebek setan |
Topik tentang setan adalah hal yang paling seru untuk diperbincangkan,
baik di malam hari, siang hari, beramai-ramai, atau berbisik-bisik penuh
ketakutan dalam obrolan menjelang tidur saat berkemah. Tetapi bagaimana
kalau setan ini tertuang dalam sajian makanan?
Akhir-akhir ini topik setan menjadi happening, dalam artian menjadi
topik favorit di kalangan masyarakat. Bukan hanya menjadi tema film,
tetapi sentuhan setan ini menjadi tren dalam nama makanan. Ada sop iga
setan atau iga bakar setan, nasi setan, ada pula rawon setan kuliner
dari kota Surabaya. Bandung sebagai kota kuliner juga tak ketinggalan
ingin ber-setan-ria.
Selain fenomena keripik setan yang gentayangan di mana-mana. Di salah
satu sudut pertigaan antara jalan Sancang, Burangrang, dan Taman Siswa
ada satu fenonema sosok setan lainyang kerap menghadirkan kerinduan. Dia
adalah Bebek Setan.
Ini bukan bebek yang berwujud monster dan datang mengejar-ngejar
orang Bandung. Bebek setan yang satu ini justru membuat perut kenyang
berbalut kenikmatan sejati yang disukai oleh pecinta rasa pedas.
Awalnya bebek yang disajikan dengan nasi uduk ini, hadir hanya dalam
dua pilihan. Bebek goreng atau bebek bakar. Sambalnyalah yang menjadi
primadona utama. Pedas, sedap, menemani gurihnya daging bebek yang
empuk. Anehnya, sambal pedas ini tidak membuat kapok penikmatnya. Meski
mereka harus berpeluh-peluh ketika menikmatinya. Seuhah yang tercipta
dalam setiap suapan justru mengundang kita untuk terus melahap hingga
tuntas, kandas. Ditemani dengan potongan kol yang digoreng dalam minyak
bekas bebek, menambah lezat santapan ini. Bedanya lagi si sambal tidak
ditakar dalam porsi kecil-kecil sehingga membuat kita harus
mengorek-ngoreknya agar mendapatkan secuil sambal. Sambal di beri dalam
porsi cukup, cukup membuat kita berkata, “Setaaan, pedes bangeeet, tapii enaaaaak!!!”
Meski pemilik dan pelayannya adalah anak-anak muda, tetapi mereka
berdedikasi memberikan yang terbaik, baik pelayanan maupun kualitas.
Cabai rawit yang dipakainya asli, sebab terkadang usai melahapnya,
tangan kita juga terasa pedas. Untung pemilik kedai punya teknik
sendiri, selain untuk menghilangkan amis bebek cara ini ampuh juga untuk
meredam rasa pedas di tangan, yaitu menyediakan kobokan air teh dan
jeruk nipis.
Warung yang mulai buka pukul lima sore ini berada di pelataran parkir
dekat kantor majalah Mangle. Tepat di sisi belakang lapangan soft ball
Buah Batu. Bertahun-tahun mereka sudah buka di sana, meski tetap dalam
konsep tenda yang ala kadarnya—yang mana justru menjadi daya tariknya,
namun mereka terus mengembangkan diri. Ini bisa dilihat dari variasi
menu yang ditawarkan. Kini mereka menyediakan pilihan bebek sambal
hijau, bebek penyet, dan juga bebek kremes. Dari segi harga pun, Anda
tak perlu khawatir. Hidangan bebek di sini sangat aman baik bagi kantong
pelajar ataupun mahasiswa.
Cobalah datang, duduk dan nikmati satu porsi menu bebek pilihanmu
lengkap dengan sambal dan kol gorengnya, plus segelas besar es teh manis
dan keramahan pelayannya. Anda pasti akan rindu ingin kembali. Namun
datanglah lebih awal, jangan datang pada jam-jam tepat waktunya makan
malam, sebab Anda akan tidak kebagian kursi.
No comments:
Post a Comment