Thursday, 29 August 2013

Setan Tertuang dalam Sajian Makanan

Bebek setan

Topik tentang setan adalah hal yang paling seru untuk diperbincangkan, baik di malam hari, siang hari, beramai-ramai, atau berbisik-bisik penuh ketakutan dalam obrolan menjelang tidur saat berkemah. Tetapi bagaimana kalau setan ini tertuang dalam sajian makanan?

Akhir-akhir ini topik setan menjadi happening, dalam artian menjadi topik favorit di kalangan masyarakat. Bukan hanya menjadi tema film, tetapi sentuhan setan ini menjadi tren dalam nama makanan. Ada sop iga setan atau iga bakar setan, nasi setan, ada pula rawon setan kuliner dari kota Surabaya. Bandung sebagai kota kuliner juga tak ketinggalan ingin ber-setan-ria.

Selain fenomena keripik setan yang gentayangan di mana-mana. Di salah satu sudut pertigaan antara jalan Sancang, Burangrang, dan Taman Siswa ada satu fenonema sosok setan lainyang kerap menghadirkan kerinduan. Dia adalah Bebek Setan.

Ini bukan bebek yang berwujud monster dan datang mengejar-ngejar orang Bandung. Bebek setan yang satu ini justru membuat perut kenyang berbalut kenikmatan sejati yang disukai oleh pecinta rasa pedas. 

Awalnya bebek yang disajikan dengan nasi uduk ini, hadir hanya dalam dua pilihan. Bebek goreng atau bebek bakar. Sambalnyalah yang menjadi primadona utama. Pedas, sedap, menemani gurihnya daging bebek yang empuk. Anehnya, sambal pedas ini tidak membuat kapok penikmatnya. Meski mereka harus berpeluh-peluh ketika menikmatinya. Seuhah yang tercipta dalam setiap suapan justru mengundang kita untuk terus melahap hingga tuntas, kandas. Ditemani dengan potongan kol yang digoreng dalam minyak bekas bebek, menambah lezat santapan ini. Bedanya lagi si sambal tidak ditakar dalam porsi kecil-kecil sehingga membuat kita harus mengorek-ngoreknya agar mendapatkan secuil sambal. Sambal di beri dalam porsi cukup, cukup membuat kita berkata, “Setaaan, pedes bangeeet, tapii enaaaaak!!!”

Meski pemilik dan pelayannya adalah anak-anak muda, tetapi mereka berdedikasi memberikan yang terbaik, baik pelayanan maupun kualitas. Cabai rawit yang dipakainya asli, sebab terkadang usai melahapnya, tangan kita juga terasa pedas. Untung pemilik kedai punya teknik sendiri, selain untuk menghilangkan amis bebek cara ini ampuh juga untuk meredam rasa pedas di tangan, yaitu menyediakan kobokan air teh dan jeruk nipis. 

Warung yang mulai buka pukul lima sore ini berada di pelataran parkir dekat kantor majalah Mangle. Tepat di sisi belakang lapangan soft ball Buah Batu. Bertahun-tahun mereka sudah buka di sana, meski tetap dalam konsep tenda yang ala kadarnya—yang mana justru menjadi daya tariknya, namun mereka terus mengembangkan diri. Ini bisa dilihat dari variasi menu yang ditawarkan. Kini mereka menyediakan pilihan bebek sambal hijau, bebek penyet, dan juga bebek kremes. Dari segi harga pun, Anda tak perlu khawatir. Hidangan bebek di sini sangat aman baik bagi kantong pelajar ataupun mahasiswa.

Cobalah datang, duduk dan nikmati satu porsi menu bebek pilihanmu lengkap dengan sambal dan kol gorengnya, plus segelas besar es teh manis dan keramahan pelayannya. Anda pasti akan rindu ingin kembali. Namun datanglah lebih awal, jangan datang pada jam-jam tepat waktunya makan malam, sebab Anda akan tidak kebagian kursi.  

No comments:

Post a Comment